Minggu, 31 Januari 2016

KRITIK ARSITEKTUR METODE TIPIKAL

KRITIK ARSITEKTUR TERHADAP BANGUNAN DENGAN KONSEP GREEN BUILDING DENGAN METODE TIPIKAL

Kritik dengan metode tipikal merupakan menganalisis suatu bangunan dengan standar dari suatu tipe bangunan yang sudah ada, baik dari struktur, fungsi, maupun bentuknya. Studi tipe bangunan ini lebih didasarkan pada kualitas, fungsi, dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah distandarisasi dan terangkum dalam suatu tipologi.
Bangunan yang dianalisis adalah sebuah gedung perncakar langit yang memiliki konsep hemat energi. Bangunan pencakar langit pada zaman sekarang ini haruslah memikirkan konsep hemat energi dimana meminimalkan penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui dengan memanfaatkan alam disekitarnya seperti menggunakan energi angin dan sinar matahari.
OBJEK YANG DIAMATI : GEDUNG BCA ACADEMY – SINGAPURA

Sebagai penentu skema Green Mark untuk bangunan hijau Singapura, Building and Construction Academy (BCA) telah memberi contoh bagaimana sebuah bangunan bisa disebut hijau (green). BCA membangun kembali gedungnya yang disebut BCA Academy hingga menjadi sebuah kompleks bangunan yang disebut zero energy building (ZEP) atau bangunan nol energi.


Disebut nol energi karena bangunan yang dirancang oleh DP Architect itu memproduksi energi untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan panel tenaga matahari. BCA Academy juga memanfaatkan kekayaan alam semaksimal mungkin.

Selain menggunakan tenaga matahari sebagai sumber energi, mereka juga menampung air hujan untuk digunakan sebagai toilet. Hampir tidak ada sisi gedung yang tidak terkena sinar matahari sehingga menghemat penggunaan listrik untuk penerangan, terutama di siang hari.

Dibandingkan dengan gedung-gedung dengan kapasitas serupa, penggunaan energi di BCA Academy jauh lebih hemat. Berdasarkan tarif listrik 21,69 sen per kwh, bangunan ini berhasil menghemat pengeluaran hingga 84.000 dollar Singapura per tahun.

Sejumlah fitur menarik dari bangunan seluas 4.500 meter persegi itu antara lain sistem peneduh yang ditempatkan secara strategis sehingga bangunan terlindung dari terik matahari, namun interior bangunan tetap mendapat cahaya alami.

Di negara tropis, penggunaan energi listrik terbesar adalah untuk air conditioner. Para arsitek BCA menyiasati tingginya temperatur dengan tanaman rambat yang ditanam secara vertikal. Ada dua manfaat sekaligus dengan sistem ini, yaitu dinding terlindung dari paparan langsung sinar matahari sekaligus untuk menurunkan temperatur dalam ruangan.




Sumber :

https://dhpratiwi08.wordpress.com/2014/11/14/bangunan-hemat-energi/

http://addyarchy07.blogspot.co.id/2012/01/bangunan-hemat-energi-dari-singapura.html

http://amdewi.blogspot.co.id/2014/09/bangunan-hemat-energi.html

KRITIK ARSITEKTUR INTERPRETIF

PENGERTIAN KRITIK INTERPRETIF

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 meotde kritik interpretatif :
A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
CONTOH KRITIK INTERPRETATIF – EVOKATIF HERITAGE FACTORY OUTLET – BANDUNG, JAWA BARAT

Sebuah bangunan dengan arsitektur art deco khas bangunan peninggalan zaman kolonial berdiri di Jl Martadinata No 63. Bangunan megah berpilar besar dengan cat warna putih ini kini menjadi salah satu factory outlet ternama di kota Bandung.
Heritage factory outlet, bangunan ini bekas gedung British Institute ini dibangun di tahun 1895-1900 dengan gaya arsitektur Belanda Klasik dengan kolom doriknya yang khas. Namun sampai saat ini arsitek yang merancang bangunan ini belum diketahui.
Bangunan ini merupakan bangunan bekas rumah dinas direkturGouvernements Bedrijven (GB) yang sekarang disebut Gedung Sate. Selain bangunan ini antik, langka, dan indah juga merupakan satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur klasik yang masih utuh. Pilar ioniknya yang anggun menjadi ciri khas yang memperlihatkan nilai arsitektur yang tinggi.
Bangunan Heritage Factory Outlet satu dari bangunan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan keberadaannya di kota Bandung. Di dalam bangunan Heritage sendiri memiliki jalur yang menghubungkan Heritage dengan FO yang berada di sebelahnya, Cascade yang memiliki konsep arsitektur bergaya modern.





TAMPAK DEPAN HERITAGE FACTORY OUTLET

Penambahan awning bergaya modern pada sisi bangunan menjadikan bangunan bersejarah ini lebih modern namun tidak menghilangkan kesan kolonial yang ada pada bangunan.
Heritage dan Cascade Factory Outlet merupakan contoh dari bangunan kuno yang mengalami modernisasi dengan menambahkan bangunan modern di sampingnya.




Sumber :

http://heritagefactoryoutlet.com

http://nuwlanuwla.blogspot.co.id/2013/02/kritik-rekaman-dari-tanggapan-terhadap.html


https://winnerfirmansyah.wordpress.com/category/kritik-arsitektur/